Postingan

Pose Bersejarah: Jejak Leluhur (Warisan Budaya Di Pulau Siau) Dalam FKN P'Bun 2016

Gambar
Max Sudirno Kaghoo, Penulis Buku Jejak Leluhur (Warisan Budaya Di Pulau Siau) Bersama Donald Tick Peneliti Sejarah Nusantara Dari Belanda. Keduanya berjumpa pada Festival Keraton/Kesultanan/Kerajaan Se Nusantara di Pangkalan Bun Kalimantan Barat, tahun 2016.     Delegasi Kerajaan Siau yang hadir dalam Festival Keraton/Kesultanan/Kerajaan Se Nusantara di Pangkalan Bun Kalimantan Barat, tahun 2016.  Sisca Salindeho, Wakil Bupati Kabupaten Siau Tagulandang Biaro bersama suami Nam Djayanegara (kiri) dan Edy Salindeho (Sekarang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) hadir dalam Festival Keraton/Kesultanan/Kerajaan Se Nusantara di Pangkalan Bun Kalimantan Barat, tahun 2016.   Bersama Panitia & Peserta FKN Pangkalan Bun 2016 Sisca Salindeho, Wakil Bupati Kabupaten Siau Tagulandang Biaro bersama suami Nam Djayanegara saat menyerahkan Buku Jejak Leluhur (Warisan Budaya Di Pulau Siau) Kepada Kanjeng Ratu Ketua Forum Kerat

DATU BATAHI

Gambar
Anak dari Datu Winsulangi dan Boki Tihuwang ini menjadi Datu Kelima yang memerintah Kedatuan Siau sejak tahun 1631 sampai 1678. Ia pria tampan seperti kakeknya Datu Wuisang yang mempunyai kisah kasih romantis. Permaisurinya bernama Maimuna, adalah puteri Raja Udah dari Tabukan.Masa jaya kedatuan Siau berhasil diwujudkan oleh Datu Batahi dan di akhir pemerintahannya juga, kedatuan Siau runtuh oleh Agresi Belanda dan sekutunya yaitu kesultanan Ternate dan kerajaan-kerajaan lainnya.

DATU WINSULANGI

Gambar
Datu Winsulangi memerintah Kerajaan Siau sejak tahun 1591 sampai tahun 1631 .  Awal pemerintahan Datu Winsulangi adalah awal yang sulit. Ia mewarisi banyak persoalan dari masa pemerintahan mendiang ayahnya. Dari awal yang buruk, ia lalu dapat bangkit dari keterpurukan dengan  membangun kekuatan militer dengan memperkuat basis armada angkatan laut dan kekuatan lingkar dalam kedatuan, sebagai pertahanan terakhir. Dan yang terakhir, ia akan membagi kekuasaan agar diperoleh penyelenggaraan kekuasaan yang tidak bertumpuh pada satu ototritas tunggal, melainkan terdistribusi pada beberapa elemen, dan saling melakukan pertimbangan dan pengawasan serta pengendalian kekuasaan, apabila dikemudian hari diperhadapkan pada situasi darurat.

DATU WUISANG

Gambar
Datu Wuisang ialah anak dari Datu Posuma. Ia menjadi datu sejak tahun  1587 sampai tahun 1591. Wuisang adalah datu yang sangat romantis, suka petualangan. Wuisang menikah dengan Puteri Pirambai dari Kolongan.

DATU POSUMA

Gambar
Posuma ialah anak bungsu dari 4 bersaudara, yaitu Angkumang, Dolongsego, Posuma dan Basilawewe. Mereka adalah anak-anak dari Lokongbanua II, datu pertama Kedatuan Siau. Setelah Lokongbanua mangkat, pemerintahan dijalankan oleh Datu Posuma dari tahun 1549 sampai 1587. Sementara Angkumang sejak ayahnya masih hidup sudah menjadi Jogugu di kawasan timur Pulau Siau. Sempat terjadi ketegangan antara Angkumang dan Posuma menyangkut tampuk kekuasaan. Ketegangan itu berakhir dengan perang antara Pasukan Jogugu Angkumang dengan Pasukan Khusus Kerajaan dibawah taktis Posuma. Peristiwa perang itu disebut sebagai Tragedi Liwua Daha.  

DATU LOKONGBANUA II

Gambar
Lokongbanua II adalah anak dari Kulano Pahawonsuluge yang berasal dari Pulau Siau. Pahawonsuluge anak dari Kulano Sense Madunde. Ia menikah dengan puteri dari Kerajaan Bowongkehu di Pulau Manado Tua. Nama Lokongbanua II diturunkan dari kakek ibunya yang bernama Lokongbanua. Lokongbanua II berangkat dari Manado Tua menuju Siau dan membangun kedatuan Siau yang berkedudukan di Katutungan (sekarang Paseng). Lokongbanua II memerintah sejak tahun 1510 sampai pada tahun 1549.