Kedatuan adalah sistem pemerintahan lokal pada abad 15 sampai abad 16 di utara Pulau Sulawesi, khususnya Pulau Siau. Di pulau batu ini pernah berkuasa 5 (lima) orang Datu.
DATU WUISANG
Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Datu Wuisang ialah anak dari Datu Posuma. Ia menjadi datu sejak tahun 1587 sampai tahun 1591. Wuisang adalah datu yang sangat romantis, suka petualangan. Wuisang menikah dengan Puteri Pirambai dari Kolongan.
Max Sudirno Kaghoo, Penulis Buku Jejak Leluhur (Warisan Budaya Di Pulau Siau) Bersama Donald Tick Peneliti Sejarah Nusantara Dari Belanda. Keduanya berjumpa pada Festival Keraton/Kesultanan/Kerajaan Se Nusantara di Pangkalan Bun Kalimantan Barat, tahun 2016. Delegasi Kerajaan Siau yang hadir dalam Festival Keraton/Kesultanan/Kerajaan Se Nusantara di Pangkalan Bun Kalimantan Barat, tahun 2016. Sisca Salindeho, Wakil Bupati Kabupaten Siau Tagulandang Biaro bersama suami Nam Djayanegara (kiri) dan Edy Salindeho (Sekarang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) hadir dalam Festival Keraton/Kesultanan/Kerajaan Se Nusantara di Pangkalan Bun Kalimantan Barat, tahun 2016. Bersama Panitia & Peserta FKN Pangkalan Bun 2016 Sisca Salindeho, Wakil Bupati Kabupaten Siau Tagulandang Biaro bersama suami Nam Djayanegara saat menyerahkan Buku Jejak Leluhur (Warisan Budaya Di Pulau Siau) Kepada Kanjeng Ratu Ketua Forum Kerat
Lokongbanua II adalah anak dari Kulano Pahawonsuluge yang berasal dari Pulau Siau. Pahawonsuluge anak dari Kulano Sense Madunde. Ia menikah dengan puteri dari Kerajaan Bowongkehu di Pulau Manado Tua. Nama Lokongbanua II diturunkan dari kakek ibunya yang bernama Lokongbanua. Lokongbanua II berangkat dari Manado Tua menuju Siau dan membangun kedatuan Siau yang berkedudukan di Katutungan (sekarang Paseng). Lokongbanua II memerintah sejak tahun 1510 sampai pada tahun 1549.
Komentar
Posting Komentar